Bisnis Indonesia - Bisnis Singkong, Singkong Beromzet Puluhan Juta
BISNIS SINGKONG, Singkong identik dengan makanan murahan. Hingga era tahun 1980-an hanya dipandang sebelah mata. dan orang menganggapnya kampungan menjadi panganan orang miskin, Namun lewat tangan dingin Cut Nurlaila, dia berhasil menjadikan singkong menjadi makanan gaul dengan cita rasa khas. Nilai bisnisnya pun cukup menggiurkan.
"Singkong gaul". Begitulah Cut Nurlaila memberi nama gerai miliknya di Jalan Langgau No. 6 Makassar. Outlet ini memasarkan aneka produk makanan olahan yang terbuat dari singkong.
Usaha ini masih terbilang baru, dirintis sejak tahun 2006. Dia bergabung dengan Tela Tela mengembangkan bisnis singkong. Pada saat itu, ia mengawali bisnis ini hanya dengan 5 kilogram singkong. Dengan menggunakan satu outlet, lalu dipasarkan ke berbagai kalangan, terutama toko kelontongan.
Saat penulis tiba di kantor ibu dua anak ini suasana siang itu sedang lengang. Maklum, toko memang baru dibuka. Para karyawan belum tiba.
Bersama putri bungsunya, Lely, dan suaminya, Zulkifly, Cut menyampaikan, meski saat itu modalnya masih terbilang minim hanya dengan 5 kilogram singkong perhari, kini usahanya berkembang cukup pesat. Setiap hari Ibu dua anak ini membutuhkan 700-an kg bahan untuk memenuhi permintaan outlet dan pelanggannya dari berbagai wilayah di Sulsel.
Dengan adanya Tela Tela, kata Cut, singkong menjadi komoditas yang cukup diminati. "Di sini singkong diolah dengan berbagai bentuk dan rasa. Modelnya yang unik dengan cita rasa khas membuat singkong lebih enak dan berbeda dari jajanan singkong kebanyakan," katanya.
Bungsu dari sembilan bersaudara ini membeberkan, singkong yang cocok dibuat makanan unik ala restoran cepat saji tidak sembarang singkong. "Singkong di Makassar ada empat jenis, yaitu singkong kacang, bangkok, mentega, dan singkong lilin. Singkong yang cocok untuk dibuat makanan khas Tela Tela adalah singkong jenis lilin," katanya.
Sebelum bergabung dengan usaha ini, Cut sempat memandang remeh. Tapi, beruntung karena anak dan suami memberi dukungan dan bantuan untuk menjalankannya. Sejak tahun 2007 dia pun membuka kantor untuk mengembangkan usaha. "Alhamdulillah, bisnis kami berkembang pesat dengan pemasaran hingga ke beberapa kabupaten di Sulsel," cerita Cut.
Jumlah karyawan Cut, saat ini mencapai 30 orang. Jumlah itu belum termasuk yang memasarkan di beberapa outlet Tela Tela dan yang tersebar di beberapa kabupaten. "Selain dipasarkan di beberapa outlet, Tela Tela juga telah tersedia di beberapa minimarket dan restoran. Salah satu restoran yang menyiapkannya adalah Magazena," bebernya. (sam/aci)
Sumber : www.Fajar co.id