BIsnis Sukabumi - Hasil Pelatihan, membuahkan ide untuk membuka laha usaha. Kang Cahya (34) mulai merintis usahanya untuk memproduksi miniman sirup pala di Jl. Raya Cisaat No. 248 Sukabumi, produksinya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Cahya mampu maraup omset sampai Rp50 juta. Gimana perjalanannya?
Bermula dari sebuah pelatihan pembuatan sirup pala dan manisan pala sekitar tahun 2002, yang diikuti oleh seluruh pengrajin manisan pala yang ada di Cisaat Sukabumi. Pelatihan yang diselenggarakan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknilogi (BPPT), Dinkes Kabupaten Sukabumi dan Balai Penelitian Tanaman Rempah-rempah dan Obat (BALITRO) tersebut bertujuan untuk memproduksi sirup yang berasal dari buah pala, lantaran selama ini mayoritas masyarakat hanya mengenal manisan pala saja. Karena hasil dari pelatihan itu belumlah sempurna. Lalu, Cahya berinisiatif untuk mempraktikkannya di rumah. Namun, hasilnya selalu gagal.
Meski demikian, kegagalan tak membuat Cahya putus asa, berulang kali ia terus mencobanya untuk bisa menemukan formula yang pas dalam pembuatan sirup pala. Akhirnya tahun 2004, Cahya bisa menemukan formula sirup pala yang pas. Keberhasilan Cahya mendapatkan formula yang pas untuk membuat sirup pala. Cahya pun mulai merintis usahanya untuk memproduksi sirup manisan. Mulai memproduksi sirup pala sekitar 100 botol, setiap ada pameran mencoba untuk dipamerkan, sekalian mempromosikan produknya. Seiring berjalannya waktu, usaha yang dirintisnya sudah mulai dikenal masyarakat. Menginjak tahun 2007, pesanan konsumen meningkat. Sehingga menambah produksi sirup pala menjadi 1 ribu botol. Produksi sirup pala segers, memiliki ciri khas rasa pala yang alami, sehingga banyak masyarakat yang mengincarnya. “Alhamdullillah, pesanan masyarakat akan produk yang saya kelola setiap tahun makin meningkat,”ujar Cahya kepada Radar Sukabumi. Ia menjelaskan, dari tahun 2009 sudah bisa memproduksi 1.500 botol dan hingga sekarang setiap kali produksi mampu menghasilkan 2 ribu botol. Walapun distributor baru di dua wilayah, yaitu Sukabumi dan Cianjur tapi pemasaran sudah mulai berkembang. “Alhamdulillah setiap tahun terus berkembang. Asalkan pemasarannya bagus, usaha bisa makin berkembang,”ujarnya.
Cara produksi yang masih manual, terpaksa konsumen yang memesan sirup pala jelang hari besar atau Idul Fitri harus menunggu sampai dua bulan. “Distributor belum merata, karena masih bersifat UKM dan marketing atau pemasaran belum banyak. Teknologi masih sederhana, sehingga ketika ada pesanan yang mendadak banyak yang keteter,”terangnya. Dalam mengelola usahanya, Cahya dibantu lima orang tenaga kerja yang sifatnya borongan. Dimana ada pesanan, tenaga kerja tersebut dikontrak. Ketika memproduksi manisan pala, produksi sirup pala pun terhenti. Hal ini disebabkan produksi dilakukan di tempat yang sama. Harga yang dipasarkan Rp17.500-Rp18.000. “Harapan saya dengan telah mulai berkembangnya usaha ini, bisa memiliki tempat produksi sendiri untuk memproduksi manisan pala dan sirup pala. Serta dibantu peralatan yang memadai , agar perputaran uang bisa lancar. Semoga usaha saya bisa mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan kucuran dana dari Diskoperindag Sukabumi,” harapnya.
( Laporan: Esa Septi Juanda Ulfach - Radar Sukabumi)